Para Anarkis, Berdemo Anarkistis, Perihal Anarki

Tulisan pendek ini tentang kata bahasa Indonesia 
yang paling sering dipakai setiap ada demonstrasi.
Sumber gambar: www.tribunnews.com
Apa pengertian kata itu sebenarnya? Mari mencobanya menjadi tahu lewat Kamus Inggris Oxford, kitab bahasa Inggris yang dianggap paling ‘berwibawa’ dalam menemu-tentukan pengertian sebuah kata. 

Anarchy berasal bahasa Latin di abad ke-16 yang diserap bahasa Inggris yang terdiri dua akar kata: an—tanpa dan arkhos—pemimpin atau penguasa. Kamus ini menyebut, lema ‘anarchy’ adalah kata benda yang berarti ‘situasi di dalam satu negara, sebuah organisasi dll, yang tak berpemerintahan, tatanan atau kendali (a situation in a country, an organization etc. in which there’s no government, order or control). Dari kata-kepala ini muncul [1] kata benda ‘anarchist’ (anarkis) yang bermakna ‘seseorang yang percaya bahwa hukum dan pemerintahan sesuatu yang tidak perlu (a person who believes that laws and government are not necessary) dan [2] kata keterangan ‘anarchistic’ (anarkistis) yang berarti ‘menjurus/bersifat anarki’.

Sejatinya istilah anarkisme adalah istilah filsafat politik. Tapi dalam praktik mutakhir, sebutan ini dipakai dalam cakupan yang lebih luas. “Kekuatan yang menggerakkan keseluruhan hidup manusia, yang terus-menerus menciptakan keadaan-keadaan baru, berjuang dalam keadaan apapun untuk menolak segala sesuatu yang bisa menghambat perkembangan manusia” (Emma Goldman via Daniel Hutagalung dalam Anarkisme: Perjalanan Sebuah Gerakan Perlawanan [Sean M Sheehan, 2007]).

Kata mana yang paling cocok digunakan menulis berita? Tentu saja, ‘anarkistis’ kata yang paling layak. Menulis “demonstrasi yang anarki” atau “demonstrasi yang anarkis”, maka terang benderang pula kesalahan berbahasanya.

Maaf kalau saya terlalu cerewet. Kalau Anda yang membaca ini sedang bekerja di media, berarti kita sama. Saya sehari-hari menyunting bahasa di sebuah penerbit lokal di Makassar, pekerjaan yang meniscayakan penggunaan bahan baku bernama bahasa Indonesia. Tentu saya senang bila bahasa sehari-hari saya menjadi berkembang dan memutakhir. Tapi apalah bila rupanya kata-kata tertentu, terutama serapan bahasa asing, sering menjadi taksa arti jika mendarat ke wilayah orang awam. Masak hanya ulah segelintir orang yang bekerja di media massa menjadi biang keliru tuturnya orang Indonesia?

Sekarang, ada baiknya memang sesama pengguna bahasa harus selalu saling mengingatkan ke jalan yang benar. Atau memang kita berada di zaman “untukmu bahasamu, untukku bahasaku”?[]

Komentar

  1. Nice!
    Baru tahu arti kata ini setelah diulas disini. :)

    BalasHapus
  2. semoga bermanfaat untuk kita semua! :)

    BalasHapus
  3. ditunggu kunjungan baliknya ya (di blog yang sangat biasa).. :)

    BalasHapus
  4. hah..terang benderang ma...kalau bahasa tutur buat penyiar jadinya apa ??? saya sih biasanya bilang..demonstrasi yang merusak...:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebenarnya memakai bahasa apapun tak masalah, menurut hemat saya. yang penting jelas artinya, tidak membingungkan, dan tidak menggerus makna dari nilai kata itu, seperti yang banyak terjadi terkait kata yang dibahasa dalam tulisan ini. trims!

      Hapus
  5. kami pernah berdiskusi mengenai perihal penggunaan istilah ini oleh media. CNN, FOX dkk telah lama menggunakaannya, dicurigai untuk tujuan ideologis. sasarannya adalah mematikan perlawanan yang ada dan memojokkan anarkisme yang dicitrakan terbalik. anarkisme didiskursuskan sebagai momok yang sangat berbahaya untuk kehidupan bersama sangat bertolak belakang dengan pengertian istilah ini pada berbagai tulisan termasuk tulisan ini.

    "Tragedi kemanusiaan bukanlah pada semakin hilangnya makna hidup, tetapi karena kita emakin tidak peduli.", termasuk memerifikasi penggunaan istilah..#mosi tidak percaya media massa dan jurnalis massa.

    BalasHapus
  6. hahaha,,sebenarnya,,,orang media malas baca buku aja, pembahasan sederhana soal anarki sudah di ulas Maonsor Fakih. Anarkisme Paham yang Tidak Pernah Mati dalam buku Jalan Lain (Insist: 2003)
    http://kamar-bawah.blogspot.com/2012/03/anarkisme-sebagai-budaya-tanding.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih masukannya, daus. saya menuju ke lokasi segera hehehe!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer