Bom Benang 2014: Benang di Halaman

SELAMA tiga hari, 10-12 Oktober 2014, Kawasan Kompleks Panakkukang Indah (lebih dikenal sebagai Kompleks CV Dewi), Jalan Abdullah Daeng Sirua, Makassar, dan sekitarnya bakal penuh warna-warni benang. Kemeriahan ragam warna dan karya akan menghiasi ruang-ruang yang disiapkan warga sekitar.

Ini merupakan rangkaian kegiatan utama Bom Benang, proyek yang dikerjakan sekelompok perajut di Makassar menamai diri sebagai Komunitas Quiqui. Proyek yang sudah berlangsung sejak 2012 ini memasuki tahun ketiganya.

Bom Benang 2014 mengambil tema “Benang di Halaman (Yarn on Yard)”. Proyek ini merupakan proyek berkarya menggunakan rajutan atau berbahan baku benang dan menjadikan halaman rumah sebagai galeri.

“Ini ajakan kembali memperhatikan halaman rumah untuk memulai perubahan dari tempat terdekat dan terjangkau,” kata kurator Bom Benang 2014, Fitriani A Dalay.

Halaman rumah merupakan wadah hampir semua aktivitas. Ruang ini menjadi tempat bermain dan berinteraksi manusia dan alam. Bagi manusia, halaman/pekarangan sekaligus sebagai ruang berlangsungnya intensitas ketegangan ruang pribadi dan ruang khalayak.

Bom Benang 2014 berupaya meluaskan jangkauannya. Pada 2012 dan 2013 masih berskala Makassar (selengkapnya: http://www.youtube.com/watch?v=aQJCI9m2R4o). Proyek “Benang di Halaman | Yarn on Yard” memperluas lingkupnya dengan mengajak partisipasi perajut dari beberapa kota di Indonesia.

“Sementara ini teman-teman dari Bandung, Yogyakarta, dan Semarang yang mengirimkan karya. Karena temanya “Benang di Halaman”, jadi karya dibebaskan berbentuk dan berukuran apa saja. Itu juga kayaknya yang membuat tertarik teman-teman dari luar Makassar,” jelas Piyo, panggilan akrab Fitriani A Dalay.

Proyek ini mengujicoba proyek dan aktivitas seni ke rumah-rumah tetangga, sekaligus mendekatkan karya-karya ke khalayaknya sekaligus menciptakan ruang bagi khalayak untuk berpartisipasi dalam proyek seni; sambil menyemai hubungan pertetanggaan yang cenderung longgar di masyarakat perkotaan.

Karya-karya dalam proyek seni ini, jelas Piyo, akan ditempatkan di halaman, taman bunga, pohon, tembok, kursi, meja, atau benda lain di rumah-rumah warga yang berada di sekitar perpustakaan Kampung Buku, Jalan Abdullah Daeng Sirua 192 E Makassar, Sulawesi Selatan.

Kegiatan ini juga akan menjadi ruang keramaian pasar kerajian dan bentuk kriya lainnya. Rangkaian acara tersebut antara lain dialog dan obrolan tentang public arts dan pameran foto dan film dokumenter tentang bom benang di Wahana Pameran Tanahindie.

DALAM rencananya, proyek seni ini akan melalui tahapan seperti survei lokasi dan meminta izin pada rumah-rumah sekitar untuk menjadi galeri. “Proses negosiasinya membuka kembali tali silaturahmi dengan tetangga yang mulai longgar karena kesibukan masing-masing. Warga yang merelakan halaman rumah, pohon dan pagarnya justru senang halamannya dihias,” terang Piyo, usai menyurvei lokasi.

“Keren melalui jalinan benang, interaksi dan komunikasi terjalin semangat gotong royong semakin kuat, aku suka itu terimakasih atas transformasi energi dan kerjasamanya,” tulis Besti Rahulasmoro, seniman fiber dari Bandung.

Begitu mendapat persetujuan dari tuan rumah, tim kerja akan melelang lokasi ke para partisipan yang sudah mendaftar. Relawan-relawan ini akan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil demi memudahkan koordinasi dengan timnya dan, terutama, dengan tuan rumah.

“Kita justru senang pohonnya dihias. Ini ‘kan bukan merusak, justru memperindah. Saya pikir tetangga yang lain juga akan setuju. Nanti Tante sendiri yang akan bantu memberitahukan ke tetangga dekat rumah sini,” kata seorang warga yang akrab dipanggil Nenek Dede.

 “Kalau bisa, nanti lilitan benangnya tidak usah dilepas karena saya lihat di contoh gambar bagus. Kebetulan saya akan menikahkan anak saya tanggal 12 (Oktober), nanti hiasan di pohon dan pagar bisa jadi hiasan buat pestanya nanti jadi saya tidak perlu repot menghias lagi,” kata Abdul Jalil, seorang warga di Jl. Abdullah Daeng Sirua 192C.[]

Komentar

Postingan Populer